Falsafah Jawa dalam Kehidupan

Falsafah Jawa dalam Kehidupan

maskharisma.my.id - Berikut ini ada beberapa falsafah jawa yang perlu kita pahami dan hayati sehingga berguna dalam kehidupan sehari-hari.
1. “Holopis Kuntul Baris” Artinya: Bergotong Royong / Bekerja Sama
2. “Bramara Mangun Lingga” Artinya Laki-laki yang bertingkah laku berlebihan.
3. “Kenes Ora Ethes” Artinya: Sombong (harta) tapi Botol (Bodoh dan Tolol)
4. “Mburu Uceng Kelangan Dheleg” Artinya: Memburu hal kecil, kehilangan yang besar.
5. “Mburu Kidang Lumayu” Artinya: mengejar hal yang sia-sia.
6. “Tinggal Nglanggancolong Playu” Artinya: Menghindari Tanggung jawab.
7. “Tuna Sathak Bathi Sanak” Artinya: Kehilangan harta, tambah saudara.
8. “Sanding Kebo Gupak” Artinya: Terpengaruh jelek karena lingkungan yang jelek.
9. “Jalma Angkara Mati Murka” Artinya: “Kemalangan karena tindak anarkis sendiri”
10. “Ciri Wanci Lali Ginawa Mati” Artinya: Hal buruk yang hanya bisa dirubah setelah mati.
11. “Ngalasake Negara” Artinya: “Tidak nurut aturan negara”
12. “Obah Ngarep Kobet Mburi” Artinya: Bersusah dahulu, bersenang kemudian.
13. “Kethek Saranggon” Artinya: Kumpulan orang yang berlaku Jahat.
14. “Rukun Agawe Santosa, Crah Agawe Bubrah” Artinya: Dalam kesatuan ukuran hidup sentosa, dalam perselisihan hidup sengsara/rusak
15. “Jer Basuki Mawa Bea” Artinya: Setiap keberhasilan ada harga yang dibayar.
17. “Omahe Dhewe, Meksa Luwih Becik Ing Omahe Dhewe” Artinya: Sebagus-bagusnya rumah lain, masih tetap bagus rumah sendiri.
18. “Obah Mamah” Artinya: Ada usaha, akan dapat rejeki (makan)
19. “Nek Wis Kecekel Kuncunge, Kecekel Sarimu” Artinya: Saat terpengang ekornya (kepercayaan), maka terpengang sari jiwamu.
20. “Becik Ketitik, Ala Ketara” Artinya: Kebaikan akan tampak, keburukan akan terlihat.
21. “Ana Catur Mungkur” Artinya: Membicarakan hal negatif orang lain.
22. “Jajah Desa Malang Kori” Artinya: Menjelajah kemana-mana.
23. “Rawe Rawe Rantas Malang-Malang Putung” Artinya: Maju tak gentar, pantang Mundur.
24. “Ugak Ugak Pager Arang” Artinya: Mempermalukan orang lain.
25. “Weruh Ing Grubyug, Ora Weruh Ing Rembug.” Artinya: Ikut-ikutan namun tidak mengerti permasalahannya.
26. “Dhemit Ora Ndulit Setan Ora Doyan” Artinya: Selalu dalam keselamatan tanpa adanya goda.
27. “Kebo Bule Mati Setra” Artinya: Yang pintar tapi tidak dipergunakan kepintarannya.
28. “Timun Wungkuk Jaga Imbuh” Artinya: Menjadi pelengkap atau cadangan.
29.  “Kekudhung Walulang Macan” Artinya: Melakukan perbuatan jelek/jahat dengan berlindung dibalik nama besar.
30. “Setan Nunggang Gajah” Artinya: Berbuat se-mau-nya sendiri.
31. “Golek Banyu Bening” Artinya: Belajar pada guru yang benar.
32. “Jembar Segarane” Artinya: Berjiwa besar memaafkan.
33. “Ojo Leren Lamun Durung Sayah” Artinya: Jangan berhenti sebelum capek.
34. “Ajining Diri Dumunung Aneng Lathi” Artinya: Kwalitas diri tercermin dari tutur kata.
35. “Menthung Koja Kena Sembagine” Artinya: Membohongi, justru sebenarnya dibohongi.
36. “Sedhakep Ngawe-Ngawe” Artinya: Tergoda untuk berbuat lagi, walau sudah bertobat.
37. “Alon-Alon Waton Kelakon” Artinya: Pelan-pelan namun pasti terlaksana.
38. “Jajah Desa Milang Kori” Artinya: Menjelajah kemana-mana.
39. “Sapa Sira Sapa Ingsun” Artinya: Siapa anda siapa aku.
40. “Mbuwang Tilas” Artinya: Pura-pura tidak bersalah (mengabaikan perbuatan salahnya)
41. “Desa Mawa Cara, Negara Mawa Tata” Artinya: Setiap kelompok punya budaya adat istiadat.
42. “Dudu Sanak Dudu Kadang, Yen Mati Melu Kelangan” Artinya: Bukan siapa-siapa tapi ikut merasakan kehilangan.
43. “Durung Pecus Keselak Besus” Artinya: Belum trampil, sudah berkeinginan macam-macam.
44. “Angon Mongso” Artinya: Tepat saatnya bertindak.
45. “Dahwen Ati Open” Artinya: Mencela tapi menginginkan.
46. “Ngalem Legining Gula” Artinya: Memuji yang memang pintar/baik.
47. “Pupur Sadurunge Benjut” Artinya: Berhati-hatilah sebelum celaka.
48. “Kumenthus Ora Pecus” Artinya: Belagak pinter tapi sebenarnya tidak paham/ngerti.
49. “Micakake Wong Melek” Artinya: Tidak tahu malu, padahal mengetahui orang lain tahu perbuatan jeleknya.
50. “Aja Dumeh” Artinya: Jangan mentang-mentang..
51. “Yuyu Rumpung, Mbarong Ronge” Artinya: Kediaman besar/mewah, namun sejati-nya miskin.
52. “Belo Melu Seton” Artinya: Ikut-ikutan tapi tidak paham.
53. “Kutuk Marani Sunduk, Ula Marani Gebuk” Artinya: Menerjang mara bahaya/menentang maut.
54. “Nandur Pari Jero” Artinya: Menanam kesabaran/kebaikan.
55. “Aji Mumpung” Artinya: Manfaatkan kesempatan demi kepentingan pribadi.
56. “Ora ono kukus tanpa geni” ~ semua karena hukum sebab akibat (karma spiritual)
57. “Ingon-ingon Perkutut Ngedohi Setan” = Memelihara Perkutut Menjauhi dari Setan….
58. “Ajining Diri Ana Ing Klambi” = Kehormatanmu berada di pikiran-mu (Pikiran)…
59. “Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka” = Jangan merasa paling pinter nanti salah arah, jangan suka curang (culas) nanti celaka sendiri..
60. “Bebasan Godhong Mlumah Dikurepake Godhong Mureb Dilumahke Kumrisik Tanpa Kanginan” = Mengatakan Kebersihan hatinya sendiri, padahal khawatir dianggap melakukan hal tidak baik.
61. “Kesandhung Ing Rata, Kebentus Ing Tawang” = (Berani) Menghadapi bahaya yang tak terduga.
62. “Ojo Milik Barang Kang Melok, Ojo Mangro Mundak Kendo” = Jangan tergiur yang tampak indah, jangan mendua agar tetap semangat.
63. “Mumpung Gede Rembulane, Mumpung Jember Kalangane” = Selagi kesempatan banyak terbuka, manfaatkan untuk peningkatan kawruh laku..
64. “Mikul Dhuwur, Mendhem Jero” = Menjunjung tinggi, menelandani kebaikan dan menjaga nama baik-nya (berbakti).
65. “Mburu Uceng Kelangan Dheleg” = Mencari hal-hal kecil, malah kehilangan sesuatu yang lebih berharga.
66. “Ngundhuh Wohing Panggawe” = Memetik hasil perbuatan-nya sendiri.
67. “Lamun Sira Durung Wikan Kadangira Pribadi, Coba Dulunen Sira Pribadi” = Bila belum mengenal Saudara SejatiMu didalam diri, ketemu dulu DiriMu yang Sejati.
68. “Memayu Hayuning Bawana” = Menjaga/melindungi seluruh dunia/alam.
69. “Bapa Kesolah Anak Molah” = Orang tua alami kesulitan, anak kena dampak akibatnya.
70. “Ha: Hana Urip Wening Suci” = Adanya hidup karena ada kehendak suci.
71. “Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman” = Jangan dikungkung keinginan menguasai/kedudukan dan kepuasan duniawi.
72. “Ngelmu Kang Nyata, Karya Reseping Ati” = Berilmu yang sejati, beroleh ketentraman di hati/perasaan.
73. “Mulat Sarira Hangrasa Wani” = Berani untuk intropeksi diri/mawas diri.
74. “Padha Gulangen Ing Kalbu Ing Sasmita Amrih Lantip” = Berlatihlah sesungguhnya hingga “kalbu” menjadi pandai/mengerti.
75. “Ajar Bisa Ngalahake Dhasar” = Belajar dapat melebihi/mengalahkan bakat.
76. “Yitna Yuwana, Lena Kena” = Berhati-hati (sadar) akan selamat, lengah akan celaka.
77. “Da = Dumadining Dzat Kang Tanpa Winangenan” = Menerima hidup apa adanya (sejatinya).
78. “Nggayuh Kaluhuran Lire Ngupaya Tataraning Urip Kang Luwih Dhuwur.” = Bersungguh memperoleh “Keluhuran” merupakan usaha meraih tingkatan hidup lebih tinggi.
79. “Pa = Papan Kang Tanpa Ngadap” = Gusti Ada di mana saja.
80. “Tentrem Iku Sarananing Urip Ono Ndonyo.” = Rasa tentram/Bahagia merupakan syarat menjalani hidup di dunia.
81. “Cirine Jiwa Kang Isih Kothong Mono Bisa Dititik Saka Ulat Praupan, Tutur Wicara, Lan Tingkah Lakune Kang Ora Gelem Kalah” = Cirinya jiwa yang masih kosong terlihat dari raut wajah, cara bicaranya, dan tingkah laku yang tidak mau kalah.
82. “Samadhi Kudu Tanpa Gegayuhan, Dhasar Premati Tumraping manungsa Yaiku Kawruh Iku Kelakone Kanti Laku” = Meditasi harus tanpa motif, dasar utama bagi manusia hanyalah mengerti diwujudkan dengan melakukan.
83. “Ma- Madep Mantap Menembah Mring Gusti” = Yakin dalam menyembah kepada Gusti.
84. “Curiga Manjing Warangka, Warangka Manjing Curiga” = Kesatuan ukuran melahirkan Kemanunggalan.
85. “Ngudi Laku Utama Kanthi Sentoso Ing Budi” = Menghayati Perilaku Mulia dengan budi (Kawruh) pekerti luhur.
86. “Nacad Alaning Wong Iku Gampang Banget, Siji Mangkane Loro Mangkono, Nanging Anggunggung Cacade Dhewe Adate Ora Kober” = Mencela amatlah mudah, satu begini dua begitu, namun cacat sendiri tak sempat menghitung.
87. “Ora Ana Barang Langgeng, Mung Kabecikan Kang Ora Bisa Sirna” = Tak ada satu materi pun yang kekal, hanya Kebenaran yang tak pernah sirna.
88. “Na- Nur Candra, Gaib Candra, Warsitaning Candara” = Pengharapan manusia selalu kepada Ilahi.
89. “Wong Eling Lan Waspada Iku Kendhit Mimang Kadang Dewa” = Orang yang penuh “kesadaran” (sadar dan amati) itu jauh dari bahaya dan penuh dengan berkah.
90. “Kawuri Pangertine Hyang, Taduhira Sastra Ingsun” = Memusatnya “diri” ada pada Hyang, petunjuknya ada di kitab diri.
91. “Ta- Tatas, Tutus, Titis, Titi Lan Wibawa” = Mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang hidup.
92. “Beras Wutah Arang Bali Menyang Takane” = Barang (prilaku) yang telah rusak sulit dapat kembali seperti asli.
93. “Ojo Ngubak-Ubak Banyu Bening” = Jangan mengotori (perbuatan tidak benar) di tempat/keberadaan yang damai tentram.
94. “Ojo Sok Ngresula. Wruhna Yen Pangresula Iku Sawijining Mala, Dene Panbggresah Mono Agawe Bubrah” = Jangan suka berkeluh kesah. Karena itu bahaya yang menghadirkan malapetaka.
95. “Nikmat Rasane Ing Ati, Ati Pan Ratuning Badan, Badan Iku Sejatine, Pan Iku Ingaran Pikir” = Nikmat rasanya dalam hati (perasaan), hati itu rajanya badan, badan itu sebenarnya hasil kerjanya pikiran.
96. “Ana Papan Ingkang Tanpa Tulis, Wujud Napi Artine Punika, Sampyuh Ing Solah Semune, Nir Asma Kawuleku, Mapan Jati Rasa Sejati” = Ada tempat tak tertulis, kosong mutlak dalam lenyap segala gerak dan semu, tak ada aku karena masuk ke dalam inti rasa sejati.
97. “Wanita Iku Kusuma Wicitra” = Perempuan itu Harum dirinya dari berbuat baik, menjaga kehormatan, dan kesucian diri.
98. “Wong Lanang Kuwi Kudhu Nduwe Aji” = Laki-laki harus memiliki kehormatan.
99. “Tegese Meneng Amangun Ening, Ananira Manuksma Ing Rasa, Rasa Karsa Sejatine, Iku Suksmaning Laut” = Arti diam melaksanakan hening, keadaanmu tercerap dalam Rasa, rasa kemauan sejati, itulah sukma laut (tirtha amerta).
100. “Ratu Guna Maletik Tunggal, Tata Karya Titisan Dewa, Wayang Magana Rupaning Janma” = Raja yang memecikan sesuatu, laku teratur (benar) jelmaan dewa, bayangan berwujud jadi manusia.
101. “Dha: Dhuwur Wekasane Endek Wiwitane” = Untuk bisa diatas tentu dimulai dari dasar.
102. “Kahanan Donyan Iki Ora Langgeng, Tansah Owah Gingsir” = Keadaan dunia ini tidak abadi, senantiasa selalu berubah setiap waktu.
103. “Gunaning Bujangga Nembah Ing Dewa, Tanpa Sirna Gunaning Atmaja, Sirna Suci Caturing Dewa” = Perlunya pujangga menyembah dewa, agar peran anak manusia tak hilang, disebabkan telah leyap kesucian sang sabda dewa.
104. “Ga: Guru Sejati Sing Muruki” = Belajar pada guru nurani (yang sudah sadar)
105. “Nanging Tekad Mono Beda Banget Karo Nekad, Yen Nekad Kuwi Uwohing Pakarti Kang Tuwuh Saka Kajudheganing Nalar” = Tekad berbeda dengan nekad, nekad itu buah kerja yang tumbuh dari kemelutnya pikiran.
106. “Geni Dadi Sucining Jagad, Dewa Sang Hyang Girinata Dadi Raja, Gagamaning Naga Kinarya Dewa” = Api menjadikan kesucian dunia, peradaban muncul dari panutan~guru jadi raja, senjata~andalan yang dipegang digunakan para dewa.
107. “Kawaratan Gung Alit Sadayanipun Pan Ora Amilih Janma” = Sepertilah air yang tidak milih-milih, siapapun manusianya perlakuannya sama.
108. “Ca: Cipta Wening, Cipta Mandulu, Cipta Dadi” = Arah dan tujuan pada Hyang Maha Tunggal.
109. “Sigaraning Nyowo Iku Saling, Jangkeping Warni, Rahayu Ing Mana, Ngertos Ungga Unggu lan Wasis” = Pasangan yang manunggal itu hendaknya lengkapkan diri (rupa), berbaik hati, paham tata krama, ulet bekerja.
110. “Wayang Wolu Kinarya Tunggal, Pancaboma Marga Tunggal, Angesthi Sirna Rakseng Bawana, Rupa Papat Gatining Janma” = Delapan pribadi menjadi satu, lima jalan menjadi satu, berharap memusnahkan raksasa dunia, empat unsur penting bagi manusia.
111. “Amemangun Karyenak Tyasing Sesami” = Berkarya menentramkan hati sesama.
112. “Gusti Iku Cedhak Tanpa Senggolan, Adoh Tanpa Wangenan” = Gusti itu dekat namun tak bersentuhan, ada namun tak bisa dijangkau akal.
113. “Sa:  Sifat Ingsun Handulu Sifatullah” = Membentuk Kasih Sayang seperti Kasih Tuhan.
114. “Lamun Siro Wis Mikani Alamiro Pribadi, Mara Siro Mulango Marang Wong Kag Durung Wikan” = Jikalau engkau telah mengenal alam pribadimu, ajarkanlah kepada yang belum mengetahui (jangan sembunyi).
115. “Gusti Iku Ora Ono Sing Padho, Mulo Ojo Nggambar-Nggambarake Wujuding Gusti” = Tuhan itu tidak ada yang dapat nyamain, oleh karena itu tak perlu menggambarkan soal Tuhan.
116. “Ja: Jumbuhing Kawula Lan Gusti” = Selalu berusaha menyatu dengan Gusti.
117. “Marga Sirna Wayangin Raja, Buta Nembah Rasa Tunggal, Buta Lima Angoyag Jagad, Wayang Misik Rasane Widadari” = Sebab hilang rajanya manusia, (karena) raksasa menyembah pada egonya, raksasa lima mengoncang dunia, manusia membisikan perasaan bidadari.
118. “Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan” = Tak usah sakit hati saat ada musibah, tak perlu sedih manakala ada kehilangan.
119. “Weruh Marang Gusti Iku Ateges Wis Weruh Marang Awake Dhewe, Lamun Durung Weruh Awake Dhewe, Tangeh Lamun Weruh Marang Gusti” = Mengerti Tuhan berarti sudah mengenal diri, jikalau belum mengerti diri ini mustahil dapat mengenal Tuhan.
120. “Ba: Bayu Sejati Kang Andalani” = Menyelaraskan diri pada gerak alam.
121. “Pra Linangkung Muwah Among Tani, Ingkang Andhap Asor, Ingesoran Sasolah Bawane” = Orang besar bahkan petani sekalipun yang bersifat randah hati, semuanya terungguli dalam segala tingkah laku.
122. “Ra- Rasa Ingsun handulusih” = Rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani (bagi yang sadar).
123. “Aja Kurang Pamariksanira Lan Den Agung Pangapunira” = Jangan sampai anda tidak peduli dan berjiwalah besar untuk mengampuni.
124. “Aja Sira Deksura, Ngaku Pinter Tinimbang Sejene” = Janganlah Congkak, merasa lebih pintar daripada yang lainnya.
125. “Wa- Wujud Hana Tan Keno Kinira” = Ilmu manusia hanya terbatas, namun implikasinya bisa tanpa batas.
126. “Urip Rukun, Aja Gawe Pati Lan Larane Liyan” = Hiduplah akur, jangan melakukan hal yang menyebabkan penderitaan dan binasanya sesama.
127. “Yen Arep Weruh Trahing Ngaluhur, Titiken Alusing Tingkah-Laku Budi Basane” = Yang memiliki tradisi berbudi luhur, akan terlihat dari kehalusan tingkah laku, budi pekerti dan bahasanya.
128. “Ya: Yakin Marang Samubarang Tumindak Kang Dumadi” = Yakin atas titah~kodrat ilahi (hukum keilahian).
129. “Girilusi Jalma Tan Kena Ing Ngina” = Diatas langit masih ada langit (jangan berhenti, apalagi sombong merasa sudah dipuncak/sampai).
130. “Tha- Tukul Saka Niat” = Segala hal harus dimulai dari niatan (Kemauan)
131.  “Darbe Kawruh Ora Ditangkarake, Bareng Mati Tanpa Tilas” = Memiliki pengertian benar jika tidak dikembangkan, saat mati tidak berbekas.
132. “Ka- Karsaningsun Memayuhayuning Bawana” = Kemauan diarahkan untuk kesejahteraan alam.
133. “Kawruh Iku Gengem Dinegem Dadi, Ing Gelar Sak Jagad Ora Muat” = Pengertian benar itu digenggam ya bisa, namum kalau digelar sejagad pun tidak muat.
134. “La- Lir Handaya Paseban Jati” = Mengalirkan hidup semata pada tuntunan Ilahi.
135. “Ngati Ati Milih Laku, Lakum Gawa Nasibmu” = Hati-hatilah bertingkah laku, karena tingkah lakumu menentukan nasibmu sendiri.
136. “Weruh Rosing Rasa Kang Rinuruh, Lumenketing Angga Anggere Padha Marsudi Kana-Kene Kahanane Nora Beda” = Ngerti rasa sejati yang ada dalam manusia, jika dicari dengan sungguh akan ketemu, dimana saja tempatnya sama.
137. “Durung Punjul Kasusu Kaselak Jujul, Kaseselan Hawa, Cupet Kapepetan Pamrih, Tangeh Nedya Anggambuh Mring Hyang Wisesa” = Belumpun mampu, ingin terlihat pandai, didorong hawa nafsu berakibat pikiran sempit, hanya karena ingin disanjung, yang seperti ini tidak akan mungkin dekat dengan Sang Semesta.
138. “Nga- Ngracut Busananing Manungso” = Melepasakan egoisme manusia.
139. “Sehebat-hebatnya atau sesakti-saktinya, akan terkalahkan dengan berbuat baik/kebenaran yang secukup-nya”
Sumber: gantharwa.org